FOTO ATAS. Mbak Lastri sedang melayani pembeli Haniya Fried Chicken. (foto: haniya.id) |
MAGELANG – Banting stir menjalani bisnis Haniya
Fried Chicken membawa keberuntungan bagi Mbak Lastri. Awalnya perempuan
berjilbab ini jualan Bakso Malang milik orang lain. Kini sudah buka usaha di sekitar
pertigaan Jalan Kalibening – Payaman, bawah Waterboom Kalibening. Sebulan
terakhir, omzetnya tembus Rp 15 juta.
"Dulu saya jualan bakso mas tak
jauh dari tempat ini. Padahal hasilnya sudah lumayan. Sering laku. Kadang juga
ada pesanan. Tapi yang membuat sedih, kontrak tempat jualannya habis. Mau
dibikin rumah oleh yang punya lahan," kata Mbak Lastri di lapaknya, Senin
(14/12/2020).
Mbak Lastri kini sudah menjadi bos Haniya
Fried Chicken Kalibening, Payaman, Secang, Magelang, Jawa Tengah. Di wilayah
tersebut, tempat usahanya, sekitar 20 meter dari pertigaan jalan. Tepatnya di
tepi jalan menuju Kali Bangkong. Mbak Lastri menjalani bisnis itu sejak
November lalu.
Karena lahan jualan bakso diambil alih
yang punya, dari situlah Mbak Lastri bingung. Hendak berbisnis apalagi. Jika jualan bakso di tempat berbeda,
sudah banyak pesaingnya. Tak lama berselang ada teman di media sosial (medsos)
yang share tentang usaha kemitraan tersebut. Peluang ini
diambil.
"Memang latar belakang saya
pedagang. Jadi saya perlu dagang lagi. Tertarik dengan Haniya karena bisa
langsung jualan. Booth-nya juga menarik. Semua sudah disediakan
Haniya. Mulai dari kompor hingga wajan. Tinggal goreng ayam dan jualan," terang
warga Kalibening RT 12 RW 5 ini.
Cukup merogoh nominal tertentu sudah
bisa menjadi bos Haniya Fried Chicken. Sekarang untuk bergabung menjadi mitra
cukup Rp 7,5 juta.
Dalam sehari, Mbak Lastri rata-rata mampu
menjual daging ayam antara 8 kg - 10 kg. Kalau hari Sabtu dan Minggu
bisa lebih. Apalagi kalau ada pesanan untuk hajatan.
"Kalau malam Jumat biasanya juga
dipesan untuk Tahlilan, Yasinan. Acaranya sering habis Isyak. Saya
menggorengnya habis Magrib. Biar disajikan masih hangat," jelasnya.
Harganya relatif terjangkau, mulai Rp
500 sampai Rp 6.000. Yang dijajakan mulai tahu crispi hingga dada tanpa nasi.
Kalau dengan nasi harganya Rp 9.000 sampai Rp 10.000.
"Uang yang masuk per hari antara Rp
400.000 sampai Rp 500.000. Besar kecilnya keuntungan tergantung harga ayam,"
ujarnya.
Dari jumlah itu, jika dikalikan 30 hari
(sebulan) omzetnya besar. Rp 400.000 kali 30, jumlahnya Rp 12.000.000. Lalu Rp
500.000 kali 30, jumlahnya Rp 15.000.000. Sebuah angka yang tidak kecil.
"Itu jumlah pendapat yang masuk.
Kalau untungnya per hari bisa Rp 150.000 sampai Rp 200.000. Apapun hasilnya
tetap disyukuri. Uangnya tetap berputar, untuk belanja daging, tepung hingga
minyak goreng," tandasnya.
Profit atau keuntungannya selama sebulan
atau 30 hari bisa tembus Rp 6.000.000. Tapi terkadang juga kurang sedikit dari
jumlah itu.
Dijelaskan, untuk harga daging ayam di
pasaran fluktuatif. Belakangan ini harga terendah Rp 28.000 per kilogram. Harga
tertinggi Rp 33.000 per kilogram.
"Kalau harga ayam rendah, hasilnya
lumayan. Tapi kalau harga daging ayam tinggi seperti sekarang ini, Rp 33.000
per kilo, ya untungnya tetap ada. Tapi berkurang," ujarnya dengan berharap
harga daging ayam bisa turun.
Menjalani bisnis Haniya Fried Chicken,
Mbak Lastri merasa happy. Selain menambah atau membantu suami
mencari nafkah, uangnya juga bisa untuk jajan anaknya.
“Ya senang juga jualan ayam seperti ini. Untuk ngisi-ngisi waktu juga. Uangnya bisa untuk jajan anak saya. Uangnya juga bisa ditabung,” tandas ibu satu putri ini. (haniya.id)